Keterlibatan
warga negara dalam politik memang terkadang kurang berperan dalam perpolitikan
itu sendiri tetapi ketidak ikutsertaan masyarakat tidak bisa menjadi sepenuhnya kesalahan dari
masyarakat itu sendiri. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena masyarakat
kurang memperoleh akses dalam mengetahui rezim pemerintahan yang menjabat
sehingga membuat masyarakat seolah buta terhadap perpolitikan yang terjadi di
negaranya. Pemerintah yang
seperti ini beranggapan bahwa individu bukanlah warga negara yang harus dan patut untuk
berpartisipasi. Sekarang hampir semua masyarakat telah sadar bahwa kehidupan
mereka dipengaruhi oleh pemerintah sehingga mereka berpikir bahwa mereka harus
melibatkan diri dalam politik.
Tujuan-Tujuan Partisipasi
Politik
Keterlibatan politik dapat terjadi dengan beberapa tujuan salah satu bentuk
yang paling nyata dari keterlibatan masyarakat dalam perpolitikan ini tentunya
dapat mempengaruhi segala kebijakan yang dibuat oleh negara.
Partisipasi politik dalam negara otoriter juga berfungsi
sebagai alat pengontrol rakyat. Dimana pada negara otoritarian, pemerintah
mempromosikan pasrtisipasi politik dalam bentuk yang terkontrol oleh rezim
ototiter itu sendiri (partisipasi politik yang tidak bebas). Partisipasi politik menjadi sebuah cara untuk
meningkatkan dukungan tanpa perlawanan terhadap kebijakan negara otoriter.
Partisipasi
di sisi lain juga membantu
meringankan beban pemerintah, seperti terbukanya lapangan kerja baru sebagai
pengawas jalannya pemberian suara (voting) yang dilakukan secara sukarela dan
akan meringankan anggaran pemerintah untuk membayar aparat keamanan yang
ditugaskan untuk menjaga jalannya voting.
Partisipasi digunakan untuk melegitimasi rezim dan
kebijakan rezim itu yang akan diambil. Dan biasanya akan diselenggarakan dengan
seremonial, parade, dan sebagainya.
Jadi pada intinya setiap negara pasti
memiliki tujuan dari partisipasi politik yang dijalankan dinegaranya. Negara
yang kekuasaannya dipegang oleh rezim demokratis misalnya pasti akan menekankan
kekuasaan ditangan rakyat. Sedangkan negara yang cenderung kontra terhadap
demokratis pasti akan menggunakan pertisipasi politik untuk mengontrol
rakyatnya untuk mendapatkan bantuan pelayanan dari masyarakatnya itu sendiri.
Individu dan Politik
Rendahnya partisipasi politik seringkali diakibatkan oleh
dihadapkannya masyarakat terhadap sebuah pilihan untuk melakukan kegiatan
politik di satu sisi dan menjalankan aktivitas lainnya yang dirasa dapat
memberikan suatu manfaat yang lebih nyata dibandingkan dengan harus
berpartisipasi dalam politik.
Siapa yang Berpartisipasi dalam Politik
Beberapa faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya partisipasi politik di suatu negara adalah:
1.
Faktor Personal:
Tiap pribadi memiliki watak serta anggapan dan bagaimana
menghubungkannya dengan aktifitas sosial. Hal ini sangat berkaitan dengan seberapa
efektifkah keterlibatan individu dalam mempengaruhi keputusan pemerintah dengan
aksi-aksi politiknya. Selain itu juga ada persepsi individu terhadap tugas-tugas
sosial dan masyarakat serta intensitas perilaku politik.
2.
Setting politik
Kepentingan serta keterlibatan masyarakat pada proses politik
juga dapat disebabkan oleh ekspos media, kontak personal, usaha pemerintah
untuk membatasi partisipasi dari masyarakat serta akses ke institusi politik.
3.
Faktor Sosial Ekonomi
Orang
yang lebih sejahtera akan lebih aktif daripada orang yang tidak belum
sejahtera, dulu pria lebih aktif dalam berpartisipasi daripada wanita. Etnis
grup yang dominan biasanya lebih aktif dibandingkan dengan minoritas,
orang-orang dewasa biasanya juga lebih aktif dibandingkan dengan orang yang
sangat tua, ataupun anak-anak dan remaja karena mereka dianggap lebih kompeten
dalam menjalankan aktifitasnya.
4.
Political
Beliefs
mereka yang memiliki
pandangan ideologi politik yang kuat akan lebih aktif daripada mereka yang
tidak memilikinya.
Bentuk Partisipasi Politik
Beberapa dekade yang lalu, para ilmuwan membagi partisipasi
politik menjadi conventional political participation (partisipasi
politik yang biasa) dan unconventional political participation (partisipasi
politik yang tidak biasa). conventional political participation
merupakan sebuah keterlibatan politik dimana individu menyampaikan aspirasi
politik melalui pejabat public menggunakan saluran partisipasi. Seperti pemilu,
dan aktifitas kelompok kepentingan. Sedangkan unconventional political
participation adalah sebuah partisipasi politik yang dilakukan masyarakat
tanpa melalui elit politik ataupun melalui aksi langsung.
Voting
Voting (Pemberian suara) merupakan suatu hal yang umum
dalam partisipasi politik terutama dalam pemilu. Hal ini
berlaku dalam demokrasi. Di
negara berkembang, pemilu sering ditandai degan munculnya ketegangan antara
pendukung berbagai partai yang juga menjadi pemilih.Di beberapa negara
berkembang pun tidak ada suatu pemilihan umum. Mereka lebih cenderung kepada
rezim militer dan otoriter. Di negara berkembang yang lain, memang terdapat
suatu pemilu tetapi tidak memberikan suatu sistem dan skema pemilu yang baik.
Sistem Pemilu
Ada beberapa cara penataan proses pemungutan suara, dan
pemilihan sebuah sistem akan mempengaruhi hasil pemilu. Sistem pemilu yang
sederhana dan paling mudah adalah dengan membagi negara menjadi distrik-distrik
dengan populasi jumlah penduduk yang kurang lebih sama dan memilih seorang
wakil untuk duduk di badan legislatif tingkat distrik tersebut. Jika seorang
calon mendapatkan suara terbanyak ia akan menang dan terpilih. Sistem ini juga
dikenal dengan sistem distrik calon tunggal. Sistem seperti ini dianggap yang
paling mudah dan digunakan oleh negara negara seperti Amerika dan Kanada.
Ada
sebuah sistem yang lebih adil, akurat, dan representatif yaitu dengan
menggunakan “sistem perwakilan proporsional”. Sistem perwakilan proporsional
ini akan memberikan kesempatan kursi legislatif menjadi lebih besar. Calon yang
diajukan pun beragam dari tiap distrik. Perolehan suara nantinya akan tampak
cenderung lebih berorientasi pada partai ketimbang perseorangan. Partai menjadi
sebuah wadah untuk memilih orang-orang yang benar-benar berkompeten yang akan
duduk di parlemen.
Wanita dalam Politik
Diantara
kelompok politik yang turut mempengaruhi aktivitas politik adalah kaum
perempuan. Gerakan kaum perempuan di negara-negara demokrasi menjadi sebuah
gerakan yang cukup berpengaruh. Mereka terbentuk dari perkumpulan masyarakat
yang cinta damai, pelajar, mahasiswa, gerakan peduli lingkungan untuk dijadikan
advokasi atas hak-hak perempuan. Kehadiran kaum perempuan di kancah politik,
telah mendorong pemerintahan status-quo untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap masalah perempuan dan memberikan peran
politik. Perdebatan mengenai partisipasi kaum perempuan tentang akankah
menghasilkan perubahan perpolitikan yang cukup fundamental atau tidak.
Partisipasi Politik dan
Stabilitas Politik
Partisipasi penuh dari masyarakat akan menjamin stabilitas
politik dalam jangka panjang. Kegagalan menciptakan sebuah partisipasi penuh
masyarakat adalah karena masyarakat sudah hidup sejahtera, makmur,
berkecukupan, dan mereka yang diuntungkan dari kinerja pemerintah. Masyarakat
yang berpartisipasi biasanya adalah orang-orang yang kurang sejahtera hidupnya,
merasakan ketidakpuasan atas kinerja pemerintahan. Ketidakmampuan masyarakat
yang kecewa ini dalam menyampaikan segala tuntutannya dan ketidakberdayaan
pemerintah mengakomodir tuntutan rakyat hanya akan memperburuk stabilitas
politik. Masyarakat yang berpartisipasi biasanya adalah orang-orang yang kurang
sejahtera hidupnya, merasakan ketidakpuasan atas kinerja pemerintahan.
Ketidakmampuan masyarakat yang kecewa ini dalam menyampaikan segala tuntutannya
dan ketidakberdayaan pemerintah mengakomodir tuntutan rakyat hanya akan
memperburuk stabilitas politik.
Opinion
Partisipasi politik menurut Herbert
McClosk merupakan kegiatan-kegiatan sukarela dari masyarakat
dalam mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau
tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Salah
satu faktor yang menyebabkan meningkatnya partisipasi politik yang terjadi
belakangan ini adalah penerimaan secara global mengenai konsep kedaulatan
rakyat yang merupakan dasar dari kekuasaan politik yang legitimate.
Tujuan partisipasi
politik adalah untuk memberikan pengaruh terhadap penguasa baik dalam arti
mendukung atau menekan sehingga penguasa dapat memperhatikan keinginan orang
yang berpartisipasi dalam politik.
Sebagian besar negara
membuat kebijakannya atas dasar kepentingan kaum elit politik. Jika terdapat
suatu kepentingan elit politik yang ingin terpenuhi maka hubungan pemerintah
dengan rakyat menjadi semakin berkurang karena tidak mengedepankan kepentingan
rakyat tapi kepentingan kaum elit itu yang menjadi factor utama. Tujuan
partisipasi politik dalam suatu negara akan terasa berbeda jika ada suatu
kepentingan elit politik didalamnya.
Rendahnya
partisipasi politik dalam masyarakat dan utamanya individu disebabkan oleh
rendahnya pendidikan, ekonomi dan kurangnya sosialisasi.
Samuel P. Huntington
dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik menjadi :
1.
Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan
pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses,
mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang
berusaha mempengaruhi hasil pemilu;
2.
Lobby
– yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan
maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;
3.
Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi
individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;
4.
Contacting
– yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan
pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan
5.
Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi
keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta
benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik
(assassination), revolusi dan pemberontakan.
0 comments:
Posting Komentar