Sabtu, 23 Agustus 2014

Teori dalam hubungan internasional memang sangat banyak, namun ada beberapa teori alternatif didalamnya, seperti adanya teori postmodernisme, feminisme, dan pada review kali ini akan membahas teori hijau. Dengan adanya teori alternatif didalam studi hubungann internasional tidak turut serta mengubah disiplin hubungan internasional itu sendiri. Teori-teori alternatif tersebut muncul karena atas dasar dukungan isu-isu baru yang relevansinya masih dapat diterima oleh disiplin ilmu hubungan internasional. Adanya isu baru yang menjadi salah satu kajian hubungan internasional juga membuat disiplin ilmu itu sendiri menjadi lebih luas sehingga mengatasi fenomena yang ada tidak hanya dilihat dari tradisionalis saja.
             Teori hijau ini muncul dalam ranah dunia internasional pada 1960an ketika pasca Perang Dunia II. Pada tahun 1980 teori ini mulai mengkritik liberalisasi dan melihat isu-isu nyata ketika perang dingin dimana yang banyak mengakibatkan kerusakan lingkungan secara berlebihan (Jackson & Sorensen 2009, 322-323). Kemunculan teori hijau ini didasari atas adanya anggapan anthropocentrism yang melihat manusia di dunia ini terlalu egois dan mementingkan diri sendiri yang sering mengakibatkan kerusakan lingkungan, karena itu lah teori ini sangat ecological-centric. Jumlah masyarakat yang semakin meningkat, paling tidak di negara-negara Barat, yakin bahwa aktivitas sosial dan ekonomi manusia sedang berlangsung dengan cara yang mengancam lingkungan hidup. Melihat keharusan adanya keadilan tidak hanya manusia melainkan makhluk hidup lainnya (social justice) juga menjadi alasan munculnya teori hijau. Pemikir dalam teori ini melihat semakin tingginya ekonomi di suatu tempat justru kerusakan lingkungan yang diakibatkan akan semakin tinggi.
            Teori hijau dimasukkan ke dalam salah satu teori alternatif hubungan internasional karena masyarakat global yang menyebabkan tingginya masalah lingkungan yang terjadi tidak hanya pada satu tempat saja. Teori ini tidak memberikan pemikiran tentang bagaimana kita melakukan seperti halnya penghijauan, global warming, dan sebagainya, tetapi pembahasan didalamnya tidak hanya isu lingkungan namun, HAM, keadilan juga menjadi salah satunya. Kemudian yang menjadi pertanyaan disini, siapakah aktor dalam teori hijau? Realitanya teori hijau tidak memiliki aktor, terlebih lagi tidak sedikit negara yang tidak mengakui sepenuhnya, tetapi sejauh ini aktor yang cukup dominan dalam teori hijau adalah salah satu NGO yakni WWF.
            Tidak menjadi sebuah teori bila tidak ada sebuah asumsi yang menjadi dasar pemikiran teori hijau. Penekanan pada kebiasaan manusia moderen menjadi asumsi utama dalam teori ini, karena dianggap manusia moderen saat ini sebagai penyebab dari kerusakan lingkungan. Banyak sekali manusia yang memperlakukan lingkungan hidupnya sendiri secara tidak bermoral dan tidak berkeperimanusiaan. Seperti yang dikatakan Wardhani (2013), teori hijau memiliki kontribusi yang dianggapnya relevan dengan studi hubungan internasional, yakni melihat fenomena hubungan antar negara dengan isu yang tidak seperti biasanya kontribusi teori tradisionalis melainkan memberi isu yang spesifik pada lingkungan. Isu baru yang dihadirkan oleh teori hijau tersebut lebih dapat mempresentasikan tantangan fundamental secara lebih nyata. Konflik  kelangkaan lingkungan hidup menunjukkan hubungan antara konflik internasional dan konflik domestik, dan karena itu lah para enviromentalis hubungan internasional memfokuskan analisanya.
            Kemudian yang menjadi pertanyaan setelah kehadiran teori hijau ke dalam studi hubungan internasional adalah bagaimana bisa masalah-masalah lingkungan hidup dapat menjadi sebuah konflik dalam hubungan internasional? Ada banyak contoh masalah internasional khususnya mengenai lingkungan hidup, seperti kelangkaan air yang terjadi perselisihan di Timur Tengah. Dengan adanya contoh fenomena yang terjadi itu, membuka pemahaman kita tentang isu yang semakin kompleks dalam hubungan internasional. jika fokus klasik hubungan internasional sebelumnya selalu mengani perang, dan kekerasan lainnya, tetapi saat ini isu yang ada lebih semakin kompleks walaupun memang isunya tidak berunsur kekerasan. Masalah lingkungan hidup dalam dekade terakhir ini lebih bisa mendorong adanya kerjasama internasional, seperti adanya rezim internasional yang memang spesifik dalam isu tertentu contohnya Protokol Kyoto salah satu rezim yang fokus pada lapisan ozon bumi sebagai akibat emisi yang dikeluarkan oleh industri-industri dari tiap negara khususnya dari negara superpower.
            Pada akhirnya penulis dapat memberikan kesimpulan pada review kali ini. Teori hijau memang merupakan salah satu teori alternatif yang ada di disiplin hubungan internasional dengan memberikan isu-isu baru pula khususnya mengenai lingkungan hidup yang kini telah menjadi masalah internasional. Isu baru dalam hubungan internasional menjadi suatu topik yang saat ini dianggap penting dan cukup banyak menarik perhatian dunia. Disini penulis setuju dalam menanggapi kehadiran isu baru di dalam disipiln ilmu hubungan internasional, karena dengan itu maka fokus masalah internasional lebih semakin luas dan lebih semakin dirasakan oleh masyarakat global secara utuh.

 SUMBER

Burchill, Scott, dan Andrew Linklater. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional (terj. M.  Sobirin, Theories of International Relations). Bandung: Nusa Media
Jackson, Robert, dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional (terj. Dadan Suryadipura, Introduction to International Relations). Jogjakarta: Pustaka Pelajar

0 comments:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!